Rabu, 15 Oktober 2008

Mari Mengubah Dunia Dengan Media Online dan Blog

Media online atau website memiliki masa depan yang baik karena dengan demikian pelakunya akan mampu mengubah dunia.

Lewat media online, kita akan memberi makna bagi perubahan dunia. Seperti apa dunia 10 tahun ke depan, kita bisa berperan.

Pada dialog dalam rangka kegiatan pelatihan “Indonesia-Australia Specialised Training Project” (IASTP) itu, Mukhlis mengatakan bahwa lewat media online seseorang akan ikut membantu memperbaiki dunia.

Lewat pelatihan semacam ini, kita memberi kesempatan kepada masyarakat untuk menjadi pelaku dalam penyebaran informasi, bukan hanya sebagai obyek.

Selain itu, dari sisi bisnis, media online juga memiliki masa depan yang lebih bagus. Sesuai hasil penelitian, penyerapan iklan untuk media online terus bertambah dibandingkan media lainnya.

“Ada data bahwa pembagian kue iklan untuk televisi mencapai sekitar 70 persen, 25 persen untuk media lain dan dua persen untuk media online,” katanya.


Namun, sekarang ada perkembangan baru. Mengutip hasil penelitian, bahwa kue iklan untuk televisi mengecil, koran naik namun mengarah ke yang khusus, radio stabil dan online meningkat.

Ada penelitian yang menyebutkan bahwa pertumbuhan rata-rata kue iklan untuk media online mencapai 300 persen. Tentunya ini mempersyaratkan media online yang berbeda dan memiliki konsep yang jelas,” katanya.

Ia mengingatkan, sebuah media harus mempertahankan kredibilitas sebagai harga mati atau tidak bisa ditawar. Kredibilitas itu akan mengundang rezeki, khususnya bagi pelaku bisnis media.


Pada kesempatan itu ia juga mengingatkan pentingnya memperhatikan kebutuhan konsumen dalam mengendalikan sebuah media online

Sabtu, 04 Oktober 2008

Robot Berpotensi Menjadi Pembunuh

Robot saat ini bukan lagi menjadi cerita fiksi ilmiah, tapi sudah menjadi kenyataan. Dengan teknologi yang semakin maju, kini banyak lembaga bahkan pribadi yang mampu menciptakan robot.

Di bidang industri, robot sudah lama digunakan untuk menggantikan tugas-tugas yang biasa dilakukan manusia, seperti pengelasan, pemasangan baut dan sebagainya.

Bahkan belakangan ini semakin banyak perusahaan besar, seperti Toyota, Honda, dan Sony, yang berlomba-lomba menciptakan robot yang mampu menghibur. Robot-robot ada menyerupai manusia atau binatang, lengkap dengan gerakan dan suaranya.

Namun, dengan semakin berkembangnya teknologi dan semakin mudahnya membuat robot, para pakar militer justru mengkhawatirkan mesin-mesin ini disalahgunakan oleh pihak-pihak yang tak bertanggung jawab, seperti kelompok teroris atau militan.

Dan takutnya pembuatan robot membuat kelompok teroris berpotensi melirik mesin-mesin pintar ini untuk dimanfaatkan sebagai senjata pembunuh.

Sejumlah negara dan perusahaan bahkan sudah memulai pengembangan teknologi untuk menghasilkan robot pembunuh. Untuk bidang ini, Departemen Pertahanan AS menjadi pihak yang paling maju.

Pasukan AS bahkan sudah memanfaatkan lebih dari 4.000 robot pembunuh ke Irak.

Masalahnya sekarang adalah sulitnya menjaga robot-robot berteknologi tinggi itu tak jatuh ke pihak lawan. Bila itu terjadi, maka akan dengan mudah teknologi itu dicontek dan digunakan untuk kepentingan jahat. Sehingga tak perlu keahlian tinggi untuk menghasilkan robot dengan tugas sesuai keinginan.

Kondisi inilah yang harus diwaspadai, karena bisa jadi para teroris akan lebih suka memanfaatkan jasa robot untuk melakukan penyerangan ketimbang merelakan seorang anggotanya melakukan aksi bom bunuh diri.